Di sebuah kolam ikan dekat Masjid Kapalo Koto IV Angkek Agam, terdapat kuburan unik berukuran 50 centimeter persegi. Di tengah kuburan teronggok batu nisan setinggi lutut orang dewasa. Warga menyebutnya kuburan Ambuang Baro, mirip drama percintaan Romeo dan Julietnya William Shakespear. Sebagai sebuah legenda, kisah cinta Puti Intan dengan Pamuncak Sutan Maka yang dibela habis-habisan oleh Ambuang Baro (kakak Puti Intan), masih melekat diingatan orang-orang tua di Kapalo Koto. Tapi legenda itu tidak mengulas secara jelas nagari dan keturunan yang terlibat di dalamnya, agar tidak menimbulkan ekses bagi generasi selanjutnya. Dahulu kala dikisahkan, Puti Intan memiliki hubungan kasih dengan Pamuncak Sutan Maka. Jika Puti Intan gadis perawan yang cantik dan menarik, namun St Maka seorang duda yang sebelumnya pernah memperistri Reno Bungalai. Hubungan tersebut sangat harmonis tanpa sepengatahuan orangtua keduanya. Sampai suatu saat, Puti Intan mendapat kabar dirinya dijodohkan dengan Sutan Rajo Talauik Api.
Perjodohan tersebut membuat Puti Intan terkejut dan tersudut. Ia mengadu pada kakak laki-lakinya, Ambuang Baro yang mendukung hubungan tersebut. Bahkan Puti Intan menolak keinginan orangtuanya yang memaksa dirinya mesti kawin dengan St Talauik Api, dan menyatakan bahwa ia telah berpacaran dengan Pamuncak St Makan. Penolakan sepihak dari Puti Intan ini membuat keluarga St Talauik Api tersinggung. Sehingga kemudian memicu terjadinya bentrok. Ketika pertikaian berubah menjadi perang kampung, terjadi perkelahian hebat antara Ambuang Baro dengan St Talauik Api, yang berkesudahan dengan tewasnya Ambuang Baro. Kekalahan tersebut konon disebabkan terlepasnya deta (kain pengikat kepala) Ambuang Baro, yang dianggap keramat. Kemenangan keluarga St Talauik Api ditunjukkan dengan memenggal kepala Ambuang Baro, yang dirayakan dengan pesta kemenangan di tengah keluarga besar Talauik Api. Untuk membela nama keluarganya, Puti Intan menyamar menjadi pedagang sadah untuk masuk ke tengah keluarga Talauik Api. Dia kemudian mengambil potongan kepala Ambuang Baro.
Upaya tersebut berhasil, hingga kemudian penggalan kepala tersebut dikubur sebagaimana mestinya. Menghormati kekalahan tersebut, Puti Intan menerima dikawinkan dengan St Talauik Api, dengan sejumlah rencana dalam kepalanya. Saat mandi di sebuah pincuran setelah menikah, Puti Intan membalas kematian kakaknya dengan memenggal kepala St Talauik Api. Tak lama sesudah itu, Puti Intan dinikahi oleh Pamuncak St Maka. Namun mantan isterinya, Reno Bungalai, yang tidak setuju dengan perkawinan tersebut menaburi racun pada makanan keduanya. Akibat racun tersebut, Pamuncak St Maka mati seketika, sementara Puti Intan sempat sakit-sakitan dan beberapa pekan kemudian juga meninggal dunia. Deta (kain ikat kepala) Ambuang Baro yang terlepas saat berkelahi dengan St Talauik Api, menurut legenda berubah menjadi seekor elang hitam yang salah satu sayapnya patah. Hingga kini elang hitam tersebut kadang kala terlihat, jika ada keturunan suku Piliang yang meninggal dunia.
Sumber :
1. padangekspres.co.id/content/view/30143/106/
2. Ceritarakyatnusantara.com
3. http://118.96.107.191/labslib/index.php?p=show_detail&id=3297
4. Cerita orang tua / pemuka d Balaigurah