Selasa, 17 Juli 2012

Ambuang Baro dan Puti Intan

 Di sebuah kolam ikan dekat Masjid Kapalo Koto IV Angkek Agam, terdapat
kuburan unik berukuran 50 centimeter persegi. Di tengah kuburan
teronggok batu nisan setinggi lutut orang dewasa. Warga menyebutnya
kuburan Ambuang Baro, mirip drama percintaan Romeo dan Julietnya William
Shakespear.

 Sebagai sebuah legenda, kisah cinta Puti Intan dengan Pamuncak Sutan
Maka yang dibela habis-habisan oleh Ambuang Baro (kakak Puti Intan),
masih melekat diingatan orang-orang tua di Kapalo Koto. Tapi legenda itu
tidak mengulas secara jelas nagari dan keturunan yang terlibat di
dalamnya, agar tidak menimbulkan ekses bagi generasi selanjutnya.

 Dahulu kala dikisahkan, Puti Intan memiliki hubungan kasih dengan
Pamuncak Sutan Maka. Jika Puti Intan gadis perawan yang cantik dan
menarik, namun St Maka seorang duda yang sebelumnya pernah memperistri
Reno Bungalai. Hubungan tersebut sangat harmonis tanpa sepengatahuan
orangtua keduanya. Sampai suatu saat, Puti Intan mendapat kabar dirinya
dijodohkan dengan Sutan Rajo Talauik Api. 
 
 Perjodohan tersebut membuat Puti Intan terkejut dan tersudut. Ia mengadu
pada kakak laki-lakinya, Ambuang Baro yang mendukung hubungan tersebut.
Bahkan Puti Intan menolak keinginan orangtuanya yang memaksa dirinya
mesti kawin dengan St Talauik Api, dan menyatakan bahwa ia telah
berpacaran dengan Pamuncak St Makan.

 Penolakan sepihak dari Puti Intan ini membuat keluarga St Talauik Api
tersinggung. Sehingga kemudian memicu terjadinya bentrok. Ketika
pertikaian berubah menjadi perang kampung, terjadi perkelahian hebat
antara Ambuang Baro dengan St Talauik Api, yang berkesudahan dengan
tewasnya Ambuang Baro. Kekalahan tersebut konon disebabkan terlepasnya
deta (kain pengikat kepala) Ambuang Baro, yang dianggap keramat.

 Kemenangan keluarga St Talauik Api ditunjukkan dengan memenggal kepala
Ambuang Baro, yang dirayakan dengan pesta kemenangan di tengah keluarga
besar Talauik Api. Untuk membela nama keluarganya, Puti Intan menyamar
menjadi pedagang sadah untuk masuk ke tengah keluarga Talauik Api. Dia
kemudian mengambil potongan kepala Ambuang Baro. 
 
 Upaya tersebut berhasil, hingga kemudian penggalan kepala tersebut
dikubur sebagaimana mestinya. Menghormati kekalahan tersebut, Puti Intan
menerima dikawinkan dengan St Talauik Api, dengan sejumlah rencana dalam
kepalanya. Saat mandi di sebuah pincuran setelah menikah, Puti Intan
membalas kematian kakaknya dengan memenggal kepala St Talauik Api.

 Tak lama sesudah itu, Puti Intan dinikahi oleh Pamuncak St Maka. Namun
mantan isterinya, Reno Bungalai, yang tidak setuju dengan perkawinan
tersebut menaburi racun pada makanan keduanya. Akibat racun tersebut,
Pamuncak St Maka mati seketika, sementara Puti Intan sempat
sakit-sakitan dan beberapa pekan kemudian juga meninggal dunia.

 Deta (kain ikat kepala) Ambuang Baro yang terlepas saat berkelahi dengan
St Talauik Api, menurut legenda berubah menjadi seekor elang hitam yang
salah satu sayapnya patah. Hingga kini elang hitam tersebut kadang kala
terlihat, jika ada keturunan suku Piliang yang meninggal dunia.
 
Sumber : 
1. padangekspres.co.id/content/view/30143/106/
2. Ceritarakyatnusantara.com 
3. http://118.96.107.191/labslib/index.php?p=show_detail&id=3297
4. Cerita orang tua / pemuka d Balaigurah